Bali, pulau yang dikenal dengan keeksotisannya, tak hanya mempesona lewat pantainya yang indah, tetapi juga lewat seni ukir kayu yang khas. Di Desa Meliling, usaha ukir menjadi warisan yang dijalankan oleh Pak Wayan Kusma Tenaya, seorang pengrajin berbakat berusia 43 tahun. Dengan pengalaman melakoni dunia ukir selama 23 tahun, Pak Wayan telah menjadi pemimpin di bidangnya.
Mengambil alih usaha orang tua sebelumnya, Pak Wayan mewarisi keahlian ukir keluarganya. Dalam perjalanan panjangnya, ia telah menguasai berbagai jenis ukiran, termasuk ukir Bali, ukir Jepara, dan bahkan ukir motif Prancis. Namun, permintaan tertinggi tetap didominasi oleh ukir Bali, khususnya dengan motif tumbuh-tumbuhan yang memikat hati banyak pelanggan.
jenis ukir prancis yang merupakan salah satu jenis ukir yang dikuasai oleh pak wayan
Motif yang paling diminati dalam karyanya adalah yang terinspirasi dari keindahan tumbuh-tumbuhan, menciptakan harmoni antara alam dan seni. Peralatan sederhana yang dimilikinya tidak menghalanginya untuk menghasilkan karya-karya berkualitas tinggi. Kayu jati, sebagai bahan utama, memberikan kekuatan dan daya tahan yang luar biasa pada setiap ukiran.
salah satu hasil karya pak wayan yang mengambil inspirasi dari bentuk tumbuhan
peralatan ukir sederhana berbahan baja yang masih menjadi andalan pak wayan dalam berkarya
Dengan keringat sendiri, Pak Wayan tetap teguh dalam mempertahankan tradisi keluarga. Sayangnya, anaknya yang masih dalam bangku perguruan tinggi belum menunjukkan minat untuk melanjutkan warisan ukir ini. Di Desa Meliling sendiri, anak-anak dan remajanya masih memandang pekerjaan kantoran dan PNS sebagai impian utama, meskipun menurut Pak Wayan, jasa ukir menjanjikan potensi penghasilan yang besar.
Potensi cemerlang ini dibuktikan oleh Pak Wayan melalui sebuah sebuah proyek ukir yang pernah beliau kerjakan di sebuah pura dengan bayaran fantastis, mencapai Rp. 200 juta. Keberhasilan ini memberinya pengakuan atas keahliannya dan juga mengangkat pamor seni ukir Bali khususnya usaha ukir Desa Meliling.
Tidak hanya terfokus pada pengerjaan ukiran, Pak Wayan dengan antusias siap memberikan pelatihan kepada anak-anak dan remaja yang tertarik dengan seni ukir Bali. Harapannya adalah agar seni ukir sebagai bagian dari budaya lokal dapat terus terjaga dan berkembang.
Dalam menentukan harga jasa, Pak Wayan mempertimbangkan tingkat kesulitan motif dan ukuran produk. Dengan harga jasa sebesar Rp. 150.000, setiap karyanya menjadi terjangkau bagi mereka yang menghargai seni dan keindahan.
Sayangnya, di era ketergantungan pada koneksi dan media sosial, Pak Wayan masih belum memanfaatkan sarana tersebut untuk promosi. Proses pemesanan biasanya dilakukan melalui perantara atau koneksi langsung dengan beliau.
Ukir Bali oleh Pak Wayan Kusma Tenaya bukan hanya sekedar seni, melainkan cerita perjalanan panjang sebuah warisan keluarga yang harus terus dijaga. Melalui dedikasi dan bakatnya, Pak Wayan berusaha menjaga kelestarian seni ukir Bali, melewati generasi demi generasi, agar tetap menjadi penanda waktu dan keindahan yang tak lekang oleh waktu.